
Pamekasan – Pada tanggal 4 Juli 2025, suasana teras Masjid Saifullah di Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, menjadi saksi bisu obrolan renyah antara H. Suwarno (Ketua Takmir Masjid Saifullah) dan H. Nasrullah Mudenar (Kepala KUA Larangan). Obrolan yang santai dan penuh canda ini membahas tentang karakteristik jamaah berdasarkan latar belakang ekonomi dan status sosial.
H. Suwarno memulai obrolan dengan mengatakan, “Pak Nasrullah, saya sering melihat bahwa jamaah yang datang ke masjid memiliki latar belakang ekonomi dan status sosial yang berbeda-beda. Apakah hal ini mempengaruhi karakteristik mereka dalam beribadah?” H. Nasrullah Mudenar menjawab dengan senyum, “Tentu saja, Pak Suwarno. Latar belakang ekonomi dan status sosial dapat mempengaruhi cara pandang dan perilaku seseorang dalam beribadah. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita dapat menyatukan mereka dalam semangat keagamaan yang sama.”H. Suwarno menambahkan, “Saya setuju dengan pendapat Anda, Pak Nasrullah. Saya telah melihat bahwa jamaah yang berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda-beda dapat bersatu dalam beribadah dan melakukan kegiatan sosial di masjid. Ini menunjukkan bahwa keimanan dan semangat keagamaan dapat menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang.”H. Nasrullah Mudenar mengangguk setuju dan mengatakan, “Betul sekali, Pak Suwarno. Keimanan dan semangat keagamaan dapat menjadi perekat yang kuat dalam menyatukan orang-orang.
Dan yang terpenting adalah bagaimana kita dapat memupuk rasa persaudaraan dan kesetiakawanan di antara jamaah, tanpa memandang latar belakang ekonomi dan status sosial mereka.”Dalam obrolan yang penuh hikmah ini, H. Suwarno dan H. Nasrullah Mudenar juga membahas tentang pentingnya memupuk rasa toleransi dan kesabaran dalam berinteraksi dengan jamaah yang berbeda-beda latar belakangnya. “Kita harus selalu ingat bahwa kita semua adalah hamba Allah yang sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan,” kata H. Nasrullah Mudenar.
Obrolan renyah di teras Masjid Saifullah ini diakhiri dengan pesan bijak dari H. Suwarno, “Mari kita terus memupuk rasa persaudaraan dan kesetiakawanan di antara jamaah, tanpa memandang latar belakang ekonomi dan status sosial mereka. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.”Hikmah dari obrolan ini adalah bahwa keimanan dan semangat keagamaan dapat menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang, dan bahwa memupuk rasa persaudaraan dan kesetiakawanan di antara jamaah sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.